Indosultra.com, Kendari – Konflik internal di tubuh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Tenggara semakin memanas. Rapat konsolidasi yang digelar di Sekretariat KONI Sultra, Kamis (22/5/2025), berujung ricuh setelah sejumlah perwakilan cabang olahraga (cabor) memilih walk out dari ruangan.
Pemicunya, ketidakhadiran Ketua KONI Sultra Alfian Topan Putra, yang justru menandatangani undangan rapat tersebut. Rapat yang diharapkan membahas program kerja itu hanya dihadiri sekitar 10 pengurus cabor dan tidak memenuhi kuorum.
Pimpinan rapat diambil alih oleh Wakil Ketua dan Sekretaris KONI, yang dinilai tidak memiliki legitimasi penuh untuk menjawab kegelisahan cabor.
“Untuk apa bicara program kerja, sementara 42 cabor dan 11 KONI kabupaten/kota sudah menyatakan mosi tidak percaya dan sudah ditanggapi KONI Pusat?” kata Sawali, salah satu perwakilan cabor, dengan nada kecewa.
Sawali menyebut kepemimpinan Alfian Topan Putra telah gagal dalam mengelola KONI secara profesional. Ia menyoroti sejumlah persoalan besar yang belum terselesaikan, mulai dari kegagalan prestasi di PON XXI Aceh-Sumut 2024, laporan pertanggungjawaban yang tidak diterima, hingga kasus Porprov yang belum tuntas.
“Sekretariat KONI bahkan listriknya sudah diputus. Ini bukti kekacauan organisasi. Bagaimana bisa kami percaya dengan manajemen seperti ini?” ujar Sawali.
Desakan utama dari para pengurus cabor adalah agar KONI Sultra segera menyelenggarakan Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa (Musorprov).
Hal ini juga sesuai arahan KONI Pusat yang dikeluarkan pada 5 Mei 2025, berisi tiga poin penting: Ketua KONI Sultra harus bertemu dengan pengaju mosi, Jika tidak ada kesepakatan, maka Musorprov wajib digelar, Jika Musorprov tidak dilaksanakan, maka cabor dan KONI kabupaten/kota berhak menggelarnya secara mandiri.
Ketua Pengprov Perserosi, Risal, juga ikut walk out dari rapat. Ia mengaku datang untuk mencari kejelasan terkait mosi tidak percaya, namun kecewa karena rapat tidak dipimpin langsung oleh ketua.
“Saya ingin dengar penjelasan dari Pak Alfian langsung. Tapi dia tidak hadir. Ini rapat penting, bukan rutinitas biasa,” ucap Risal.
Aksi walk out ini menjadi sinyal keras bahwa krisis kepemimpinan di KONI Sultra telah mencapai titik kritis*. Kepercayaan 42 cabang olahraga dan 11 KONI kabupaten/kota sudah menipis.
Jika tidak segera direspons dengan langkah konkret, bukan tak mungkin KONI Sultra akan mengalami kevakuman struktural dan kehilangan legitimasi di mata komunitas olahraga.
Laporan: Krismawan






