OPINI: Kerennya Petani Jagung Muna Barat

Indosultra.com, Laworo – Rasanya tak ada orang yang tak mengenal tanaman jagung. Pun demikian dengan orang Muna. Bagi orang Muna, Jagung tak hanya melulu sebagai bahan baku makanan dan sumber penghasilan keluarga. Namun juga soal identitas, budaya, perekat silaturahmi.

Ada seorang teman pernah melontarkan candaan. Katanya untuk mengenali orang Muna diperantauan?. Menurutnya liat saja bentuk rahang orang itu. Jika tampak kokoh maka besar kemungkinan dia orang Muna karena kebiasaan orang Muna yang suka mengkonsumsi jagung. Jagung telah menjadi semacam penyebab sehingga menjadi identitas/pengenal bagi orang Muna.

Begitu pula dalam aspek budaya, khususnya budaya bercocok tanam. Jagung bukanlah komoditi baru bagi orang Muna, sudah eksist berabad abad lamanya. Dalam bahasa ibu orang Muna Jagung dikenal sebagai “kahitela”. Bagi orang Muna menanam Jagung dan seluk beluk budidayanya sudah level khatam. Tak perlu diajari lagi, menjadi warisan budaya bercocok tanam dari zaman ke zaman.

Di Muna jagung biasanya ditanam 2 kali dalam setahun, jika pun 3 kali sifatnya kondisonal tergantung kondisi cuaca. Ada namanya musim bhara, jagung ditanam dibulan september sampai desember, ada juga namanya musim khalangkari, jagung ditanam dibulan januari sampai bulan mei.

Musim panen waktu yang dinanti, akan banyak momen acara yang dibuat dimasa panen ini. Acara bertajuk Makan Katumbu Gola dan Kampirodo. Katumbu Gola adalah salah satu menu khas olahan Jagung Muda yang dihaluskan kemudian dicampur gula aren sebagai pemanis lalu dibungkus kulit jagung kemudian dikukus hingga masak. Jangan ragu soal rasa, sangat spesial, texturenya lembut dan legit harum aroma gula aren berbaur dengan aroma jagung muda yang khas. Sungguh kuliner yang Maknyus.

Apalagi jika berpadupadan dengan lauk Ayam Parende. Tak tertahankan untuk makan sebanyak banyaknya. Begitu pula Kampirodo, jenis olahan jagung muda yang direbus. Sangat cocok dimakan dengan lauk Ayam Parende atau Kapinda (olahan ikan berbumbu garam, serei dan asam secukupnya).

Momen acara Katumbu Gola ini menjadi media silaturahmi, mendekatkan keluarga jauh, merekatkan persahabatan dan mengharmoniskan antar keluarga. Ada nostalgia, ada kehangatan yang hadir, kesejukan dari hamparan hijau jagung yang membawa kedamaian menjadi magnet yang membuat kita tak beranjak dari momen berharga itu.

Jagung telah menjadi komoditas yang memiliki kontribusi penting dalam menopang eksistensi ekonomi orang Muna. Menjadi salah satu penyumbang besar bagi batu loncatan ekonomi petani Muna dari dulu hingga saat ini. Sudah tak terhitung jumlah sarjana yang dibiayai oleh hasil Jagung. Jagung telah menjadi solusi atas pelik ekonomi masyakat desa.

Jagung dulu begitu berjasa, bagaimana dengan saat ini? Masyarakat perlahan lahan mulai meninggalkan Jagung sebagai komoditi andalan. Daya tarik jagung memudar ditengah gempuran komoditas lain yang menjanjikan hasil besar. Alih fungsi lahan jagung semakin luas, masyarakat secara perlahan tidak lagi menjadikan jagung sebagai pemain tunggal pengerek ekonomi mereka.

Hadirnya nilam, sawit dan jenis tanaman lainnya menjadi ancaman bagi eksistenti tanaman pangan ini. Jagung tak mampu lagi memberikan keyakinan kepada masyarakat karena harga yang kalah bersaing, dan sulitnya menembus akses pasar.

Namun saat ini, potensi Jagung kembali menguat sejalan dengan kebijakan Presiden Prabowo disektor pangan. Kebijakan swasembada pangan menitikberatkan pada pengembangan komoditas jagung dalam skala massif. Tahun ini Pemerintah Pusat menyiapkan anggaran 5 Triliun untuk menyerap jagung petani 1 Juta Ton. Harga Pembelian Pemerintah juga ikut naik dari yang sebelumnya Rp.5.000/kg menjadi Rp.5.500/kg. Ini adalah kesempatan bagi Petani untuk kembali menjadikan sektor ini sebagai primadona.

Bagaimana dengan petani di Muna Barat? Harusnya sudah bisa bernafas lega, seiring dengan kebijakan Pemerintah Daerah yang begitu boombastis disektor pertanian. Pemda Muna Barat memberikan dukungan dari hulu ke hilir disektor pangan ini. Pemda telah merealisasikan janji Penyediaan bibit jagung bisi 2, pemenuhan alinstan, begitu pula alat pengering dan pemipil jagung serta dukungan fasilitas lainnya.

1.500 Ha sudah dicanangkan sebagai areal penanaman Jagung bisi 2. Jika program ini berjalan mulus, dan seharusnya Mulus maka akan ada lompatan ekonomi yang spektakuler disektor ini. Jagung bisi 2 memiliki karakteristik produktivitas tinggi, dapat mencapai kurang lebih 13 ton per hektar. Jika kita berandai andai hasilnya minimal 11 ton per hektar, maka dengan luas 1.500 Ha akan ada potensi hasil jagung 16.500 ton atau 16, 5 juta kg.

Jika dikonversi ke rupiah maka potensi pendapatan masyarakat 90,7 milyar. Uang 90,7 milyar ini jika beredar di Muna Barat 3 bulan kedepan maka akan mengatrol perputaran ekonomi Muna Barat. Denyut nadi ekonomi akan berdegup kencang, mungkin Pasar Matakidi dan Tongkoea akan semakin ramai imbas daya beli masyarakat yang semakin tinggi. Masyarakat memiliki uang cash yang cukup untuk menyambung hidup.

Penulis: Surachman, Dekan Fakultas TEKNIK ITBK Muhamadiyah Muna Barat.

Hitungan diatas, adalah hitungan matematika pertanian sederhana. Hitungan diatas kertas. Berurusan dengan alam apalagi tanah tak selalu linear dengan hitungan kertas. Kadang kala mengalami anomali.

Sekalipun pada aspek budidaya orang Muna tak perlu banyak belajar lagi soal menanam jagung namun soal kualitas hasil produksi perlu banyak belajar. Belajar bagaimana agar kualitas jagung memenuhi keinginan para off-taker (pembeli).

Soal off-taker, Pemerintah sudah menjamin. Bulog lah yang akan membeli namun syaratnya ketat. Kadar air jagung maksimal 14%. Padahal selama ini Bulog mendapat kadar air jagung Muna berkisar 15% sampai 20%. Apalagi Bulog tak lagi menyediakan fasilitas pengeringan. Mereka mau membeli dengan kondisi yang sesuai dengan kriteria mereka. Kadar air tak boleh lebih 14%, dan kondisi biji jagung tak boleh bolong.

Disini lah masalahnya, petani tak banyak tau dan kadang tak mau tau soal kadar air jagung, setelah panen sudah harus terjual. Tak ada kamus tunda jual bagi petani, karena hasil jagung harus cepat menjadi uang untuk membiayai kebutuhan anak sekolah, dapur yang harus selalu mengepul. Dijual dengan cepat, tak ada garansi harga akan bersaing.

Maka pemerintah daerah harus hadir memastikan kualitas jagung memenuhi kebutuhan pembeli. Untuk mengeringkan jagung mengandalkan matahari maka akan semakin lama waktu yang terbuang, apalagi jika dimusim penghujan.

Situasi ini perlu dipikirkan. Dengan tantangan besar ini, peluang bagi Pemerintah Daerah untuk mendirikan pusat pengeringan jagung (corn drying center). Sukur sukur jika langsung terintegrasi dengan pusat penyediaan pakan (feedmill). Fasilitas ini akan menjadi aset pemda yang tidak saja menjadi solusi bagi petani dalam mengeringkan jagung namun juga menjadi sumber PAD. Pemda tinggal menyusun skema, sehingga masyarakat tak perlu khawatir sebesar apapun hasil produksi petani tetap akan terjual. Karena pemda hadir memberi garansi produk, menjamin kualitas.

Mungkin kah masyarakat akan bertahan dengan kebijakan disektor pertanian itu? Saya kira mungkin saja. Kuncinya satu soal jaminan harga. Jika harga menguntungkan secara ekonomi dan masyarakat merasa pemerintah hadir menutup ruang ruang masalah mereka, maka para petani akan loyal dengan kebijakan pemerintah. Masalahnya bisa muncul jika kebijakan itu hanya semacam pemanis (lips service) belaka.

Tapi saya tak melihat gejala itu, pemerintah pusat sangat komitmen mendorong kebijakan sektor pangan menjadi prioritas. Semua kekuatan diturunkan, semua skema disiapkan.

Dilevel pemda juga demikian, begitu pula Pemda Muna Barat. Program Petani Keren, Pertanian Liwu Mokesa adalah program bernas yang perlu diapresiasi. Terobosan disektor pertanian baik pengembangan komoditi jagung dan padi merupakan kebijakan strategis untuk menyokong lumbung pangan nasional. Memilih mengarusutamakan sektor pertanian dalam kebijakan pembangunan adalah bentuk keberpihakan pemerintah pada masyarakat, bentuk kesadaran bahwa petani adalah penyangga negara. Yang oleh Soekarno, petani adalah akronim dari Penyangga Tatanan Negara Indonesia.

Langkah cepat Pemda Muna Barat disektor pertanian perlu didukung, semua pihak harus turun tangan, turun ke kebun kebun secara langsung, mengecek, memastikan bahwa tak ada kendala dalam implementasi kebijakan ini. Kebijakan ini harus menjadi arus utama, gerakan besar untuk membangkitkan ekonomi masyarakat, mendongkrak PDRB sektor pertanian. Jika program ini berhasil saya yakin langkah Muna Barat menuju liwu mokesa (kampung yang keren) semakin mudah. Tak hanya kampungnya yang keren petaninya pun akan semakin keren.

Loporan : La Bulu.

Koran Indosultra
error: Hak cipta dilindungi undang-undang !!