Indosultra.com, Konawe Selatan – Ketegangan kembali pecah di Desa Torobulu, Kecamatan Laeya, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra) setelah PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) diduga memulai aktivitas penambangan pada Jumat (15/8/2025).
Suara alat berat terdengar hanya sekitar 200 meter dari rumah warga dan tak jauh dari Sekolah Dasar Torobulu, sehingga memicu keresahan.
Seorang warga, Harjun, mengaku kaget saat mendengar suara bising saat dirinya tengah membersihkan masjid menjelang salat Jumat.
“Saya sementara bersihkan masjid persiapan salat Jumat, tiba-tiba terdengar suara alat berat. Setelah saya telusuri ternyata lokasi tambang tidak jauh dari rumahku. Padahal sebentar saya mau khutbah, jadi risau lagi perasaan saya,” ungkap Harjun, Senin (18/8/2025).
Cekcok antara warga dan pengawas tambang pun tak terhindarkan. Warga mendesak agar dilakukan pertemuan di Balai Desa dengan menghadirkan kepala desa, pemilik lahan, serta masyarakat yang menolak aktivitas tersebut.
Harjun menegaskan bahwa perjuangannya bersama warga lain didorong oleh kesadaran agama.
“Saya melibatkan diri menjaga lingkungan karena perintah agama. Kalau ada orang terdzalimi, kita bantu. Itulah cara kita menjadi manusia yang bermanfaat,” ujarnya.
Warga Torobulu masih menyimpan trauma. Pada 2019, PT WIN disebut masif menambang di sekitar sekolah dasar dan pemukiman hingga menimbulkan debu serta kebisingan. Lahan yang sempat direklamasi dan ditanami pohon, kini kembali menjadi target aktivitas tambang.
Dalam pertemuan warga terungkap, penambangan kali ini dipicu oleh adanya permintaan sebagian warga agar dibuatkan tanggul atau drainase di belakang rumah mereka. Namun, perusahaan diduga mensyaratkan izin untuk menambang terlebih dahulu sebelum memenuhi permintaan tersebut.
Kepala Desa Torobulu, Nilham S.Pd, hadir dalam mediasi, namun pertemuan tak menemukan titik terang.
Alimuddin (65), warga Torobulu, menuturkan kekhawatirannya terhadap dampak tambang, terutama terhadap kesehatan anak-anak.
“Saya senang ada tambang, tapi jangan meresahkan masyarakat. Kekhawatiran saya karena sayang sama anak-anakku. Orang dewasa masih bisa pakai masker, tapi anak-anak kasihan. Kalau halaman rumahmu bisa dipindahkan ke halaman rumahku, kamu bisa rasakan apa yang kami alami sejak dulu,” tegasnya.
“Kami bersyukur masih ada sumur bor di masjid dan rumah anak saya. Tapi kalau tambang dekat pemukiman terus menggali lebih dalam, bisa-bisa air akan hilang,” tambahnya.
Hingga kini, warga tetap menolak aktivitas PT WIN karena khawatir dampak lingkungan dan kesehatan yang akan mereka alami kembali. Sementara pihak perusahaan belum memberikan penjelasan resmi terkait keberatan warga tersebut.
Laporan: Krismawan





























