Indosultra.com, Kendari – Sejumlah emak-emak di Kelurahan Saragi, Kecamatan Pasar Wajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluhkan pelayanan pangkalan minyak tanah subsidi milik Maysila.
Mereka menuding pangkalan tersebut tidak adil dalam penyaluran minyak tanah bersubsidi dan lebih mengutamakan keluarga pemilik pangkalan daripada warga setempat yang berhak.
Pangkalan minyak tanah Maysila sejatinya ditunjuk untuk melayani masyarakat di Kelurahan Saragi. Namun, warga menilai praktik di lapangan justru jauh dari tujuan subsidi.
Seorang ibu rumah tangga bernama Sarifa mengungkapkan kekecewaannya karena tidak mendapatkan jatah minyak tanah bersubsidi meski telah membawa kupon resmi sesuai nama di Kartu Keluarga (KK).
“Kemarin, tanggal 18 Oktober, saya datang bawa kupon sesuai nama KK, tapi pemilik pangkalan bilang minyak tanah sudah habis. Padahal saya lihat sendiri masih ada sekitar 20 jeriken di sana,” ujar Sarifa kepada Indosultra.com, Senin (20/10/2025).
Menurutnya, minyak tanah tersebut sengaja disisihkan untuk keluarga dekat pemilik pangkalan yang tinggal di Pasarwajo.
“Kami di Saragi masih banyak yang belum dapat. Tapi dia simpan minyak itu buat keluarganya sendiri,” katanya kesal.
Sarifa menambahkan, warga Saragi sebenarnya sangat berharap dengan adanya pangkalan subsidi itu. Namun, mereka kecewa karena pemiliknya justru mengklaim bahwa pangkalan tersebut milik pribadi dan bisa membagikan kepada siapa pun sesuai keinginannya.
“Kami cuma mau keadilan. Ini minyak subsidi untuk masyarakat, bukan untuk keluarga pribadi,” tegasnya.
Diketahui, pembagian minyak tanah di pangkalan Maysila ditetapkan sebanyak 10 liter per keluarga dengan harga Rp60 ribu. Namun, praktik penyaluran yang diduga tidak transparan kini menuai sorotan dari warga.
Diketahu juga pemilik pangkalan minyak tanah Maysila tersebut merupakan milik Purnawirawan TNI Kapten La Majidu.
Laporan: Krismawan





































