Biadab! Warga Konawe Tewas Dianiaya Sekelompok Security PLTU Labota, Morowali

Indosultra.com, Kendari – MR (19) seorang pemuda warga Desa Asinua, Kecamatan Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) meregang nyawa secara tragis di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), setelah diduga menjadi korban penganiayaan brutal oleh oknum security salah satu perusahaan tambang ternama di wilayah tersebut.

Korban disebut sebelumnya dituduh melakukan pencurian di area tambang, namun justru menjadi sasaran main hakim sendiri yang berakhir maut disekitar area kerjanya.

Peristiwa kematian korban kini terus viral di jagad media sosial dan menjadi perbincangan luas warganet. Pasalnya aksi kekerasan tersebut dinilai sebagai bentuk pelanggaran hukum berat yang mengindikasikan rapuhnya sistem keadilan di lapangan.

Apalagi dilakukan dengan brutal tanpa ampun oleh sekelompok orang yang diduga merupakan oknum keamanan (Security) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labota, Kecamatan Bahodopi, Morowali.

Bukannya diserahkan ke pihak berwajib, korban justru mengalami kekerasan fisik yang diduga dilakukan secara bergantian menggunakan selang air dan balok kayuk diarea perusahaan.

Dari informasi yang dihimpun, peristiwa mengenaskan itu terjadi pada Kamis (7/8/2025) malam. Menurut keterangan saksi di lokasi, korban yang bekerja sebagai buruh di perusahaan tersebut diamankan oleh beberapa petugas keamanan setelah tuduhan pencurian dilontarkan.

Awalnya 4 orang dituduh mencuri dan mereka diduga dianiaya oleh oknum sekuriti PLTU Labota hingga babak belur. Akibat penganiayaan itu, 3 orang mengalami luka-luka.

Sebelumnya MR sempat dibawa ke fasilitas kesehatan Puskesmas Bahodopi, namun nyawanya tidak tertolong. Luka memar dan lebam di sekujur tubuh memperkuat dugaan adanya penganiayaan yang tak manusiawi mengakibatkan kematian.

Peristiwa itu sontak memicu kemarahan warga, sejumlah warga melakukan demonstrasi di Lorong Kampus Labota, Kecamatan Bahudopi, Kabupaten Morowali, Kamis (7/8) malam hingga Jumat (8/8). Dalam aksi demonstrasi itu, mereka merusak hingga membakar kendaraan motor salah satu milik security. Namun tak lama berselang, polisi mendatangi Lorong Kampus Labota untuk mengondusifkan situasi.

Tuntutan Keadilan dan Kemanusiaan

Direktur Aliansi Masyarakat Peduli Hukum (Ampuh) Sultra, Hendro Nilopo, mengecam keras insiden itu dan menyebutnya sebagai kejahatan kemanusiaan.

“Tangkap dan penjarakan siapa pun dia. Ini adalah perbuatan yang sangat tidak manusiawi,” ujar Hendro, Jumat (8/8/2025) kemarin.

Hendro mendesak pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng segera bertindak dan menangkap oknum sekuriti yang terlibat dalam aksi pengeroyokan itu. “Intinya, oknum sekuriti yang melakukan perbuatan tidak manusiawi itu harus segera ditangkap dan dipenjarakan,” tegasnya.

Hasil Konferensi Pers Kepolisian Morowali

Kepolisian Resor (Polres) Morowali menggelar konferensi pers pada Jumat (8/8/2025) terkait kasus dugaan tindak pidana pengeroyokan yang mengakibatkan seorang pemuda berinisial MR (19) meninggal dunia.

Konferensi pers dipimpin Kapolres Morowali AKBP Zulkarnain, yang dihadiri Kabid Propam Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol Roy Satya Putra, Dansat Brimob Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol Kurniawan Tandi Rongre, Dandim 1311 Morowali Letkol Inf. Abraham S. Panjaitan, serta Kasat Reskrim Polres Morowali AKP. Erick Siagian.

Kapolres Morowali menjelaskan, pihaknya telah mengamankan barang bukti berupa satu unit mobil merek Wuling warna hitam, satu buah selang panjang sekitar 1,9 meter dan satu celana boxer hitam milik korban.

Polisi juga telah mengamankan empat orang terduga pelaku, masing-masing berinisial G (oknum anggota Polda Sulawesi Tengah bertugas sebagai Pengamanan Khusus), J (oknum security), S (oknum security), dan R (oknum security).

“ Pemeriksaan sementara telah dilakukan terhadap 18 orang saksi, dan empat orang diantaranya mengarah menjadi tersangka, tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka akan bertambah sesuai perkembangan hasil penyelidikan dan Kami masih melakukan pencarian barang bukti Borgol dan lainnya,” Ungkap AKBP. Zulkarnain dalam sebuah yang diterima awak media Indosultra, Sabtu (9/8/2025).

Kapolres Morowali mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi isu-isu yang dapat memecah belah.

“ Kasus ini sudah kami tangani dan akan kami sampaikan seterang-terangnya. Saya minta masyarakat percayakan sepenuhnya kepada kami, dan jangan mudah terpengaruh kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tegasnya.

Tangis Pilu Keluarga Korban

Kabar kematian korban langsung mengguncang kampung halamannya di Konawe. Keluarga tak kuasa menahan tangis saat menerima jenazah yang dikirim dari Morowali tiba dirumah kediaman menggunakan mobil ambulans.

“Kami tidak terima! Dia seharusnya dilaporkan ke polisi kalau memang bersalah, bukan disiksa sampai mati, pokoknya nyawa harus dibayar nyawa, ” tegas salah satu anggota keluarga korban di sosial media.

Hingga kini kasus ini memicu gelombang protes dari aktivis dan tokoh masyarakat di Konawe yang menilai tindakan main hakim sendiri sebagai bentuk pelanggaran hukum dan kemanusiaan. Mereka menuntut pihak perusahaan bertanggung jawab dan memberikan keadilan bagi keluarga korban.

Kepergian korban menjadi peringatan keras bahwa praktik kekerasan di lingkungan kerja masih menjadi ancaman nyata bagi para pekerja rantau.

Laporan: Ramadhan

















koran indosultra pkk konawe utara konut




IKLAN KORAN






Koran Indosultra
error: Hak cipta dilindungi undang-undang !!